Jumat, 06 Desember 2019

Kegiatan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kelompok Anak Pra Sekolah TK Kemala Bhayangkara 86 Kabupaten Temanggung

A. PROFIL KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (UU Kesehatan no.36/2009).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut diadakan suatu kegiatan yang terencana, berkesinambungan dan ditujukan pada kelompok tertentu, yaitu pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana ditunjukkan kepada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal (Kepmenkes No. 248 /2006). 

Kurangnya perhatian orang tua terutama ibu pada terjadinya karies gigi pada anak disebabkan karena adanya anggapan bahwa gigi anak akan digantikan dengan gigi tetap. Mayoritas ibu kurang menyadari bahkan tidak menyadari bahwa dampak yang timbul dari karies gigi akan sangat besar bila anak tidak dibimbing untuk melakukan perawatan gigi sejak dini (Rosseno, 2008). 

Berdasarkan penelitian Suresh (2010), ibu dan anak yang mengalami karies mengungkapkan bahwa karies gigi pada anak bukan merupakan masalah yang serius apabila dibandingkan dengan permasalahan gigi pada orang dewasa. Menurut Rosseno (2008), perawatan gigi sejak dini dengan membersihkan gusi bayi sebaiknya segera dilakukan ketika sudah timbul tanda-tanda pertumbuhan gigi. Perawatan gigi sejak dini pada anak membutuhkan bantuan orang tua karena anak belum mampu melakukan sendiri, sampai mereka siap untuk diajarkan dan mampu merawat gigi sendiri. Apabila perawatan gigi tidak dilakukan sejak usia dini maka dapat menimbulkan masalah gigi pada anak dan dikhawatirkan mempengaruhi tumbuh kembang anak (Heryaman, 2008).

Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi dan mulut yang telah dilakukan tanggal 8 Oktober 2019 TK Kemala Bhayangkari 86 Kabupaten Temanggung didapatkan hasil OHIS dengan kriteria baik = 31%, sedang = 61%, buruk = 8%. Mengacu pada masalah tersebut, maka perlu dilakukan upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada TK Kemala Bhayangkari 86 Kabupaten Temanggung guna meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut pada anak pra sekolah

Kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan pada siswa TK Kemala Bhayangkari 86 Kabupaten Temanggung pada hari Selasa, 8 Oktober 2019 diantaranya yaitu kegiatan promotif dan preventif.

1. Promotif
  • Penyuluhan tentang menggosok gigi yang baik dan benar
  • Penyuluhan mengenai makanan yang dapat merusak gigi dan makanan yang baik untuk gigi

2. Preventif
  • Menggosok gigi massal dengan bimbingan cara menyikat gigi yang benar dan tepat

B. RISET: 93% ANAK INDONESIA MENGALAMI MASALAH GIGI

Ilustrasi anak Indonesia bebas karies 2030 Foto: Shutter Stock

Prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia masih sangat besar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 57,6 persen orang Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut.

Gawatnya, angka anak-anak yang mengalami masalah gigi menurut Riskesdas 2018 mencapai 93 persen. 

Untuk itu, menjadi salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI dalam mengurangi angka penderita karies gigi yakni dengan pencanangan program 'Indonesia Bebas Karies 2030'.

Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) dalam hal ini juga merasa perlu ambil bagian. Seperti yang dikatakan melalui situs webnya, cara awal untuk mewujudkan program tersebut adalah dengan melakukan tindakan pencegahan gigi berlubang mulai dari anak-anak.

Ilustrasi karies gigi pada anak Foto: Shutter Stock

"Dari Riskesdas yang terbaru, yang 2018 itu tinggi sekali prevalensi karies anak di Indonesia dan memang perlu usaha yang luar biasa untuk menurunkannya," kata Ketua IDGAI, drg. Udijanto Tedjosasongko saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (14/2).

Menurut drg. Udijanto, langkahnya itu lebih banyak ke arah preventif. Di antaranya pemberian flouride secara massal, kemudian pemberian penutupan gigi bagian molar yang rawan karies. Selain itu juga soal sosialisasi kondisi gigi anak.

Salah satu penyebab tingginya prevalensi karies anak Indonesia adalah karena karies ini bisa terjadi pada siapa saja. Udijanto mengatakan, apapun keadaan sosial ekonominya, anak tetap rentan terkena karies.

"Sosial ekonomi itu tidak menunjukkan, misalnya hanya kalangan menengah ke bawah saja yang kariesnya. Tapi bahkan kalangan menengah ke atas pun sama parahnya."

Ilustrasi menyikat gigi anak Foto: Thinkstock

Mari ikut sukseskan program Indonesia Bebas Karies 2030! Mulai dari biasakan anak Anda untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi minimal dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.

Jangan lupa untuk memeriksakan kesehatan gigi anak secara teratur, yaitu enam bulan sekali. Jangan menunggu sampai gigi anak bermasalah dulu untuk ke dokter gigi.


C. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI PERUBAHAN PERILAKU ANAK

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. pada anak. Penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin, atraktif, tanpa mengurangi isinya. Pendidikan dilakukan melalui demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi massal yang terkontrol. Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merubah perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut melalui teori-teori perkembangan anak. 

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Proses pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah harus diberikan secara berulang-ulang dan menarik, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara siswa, guru, dan orang tua. 

Usia anak merupakan masa untuk meniru segala sesuatu yang dilihatnya, baik tingkah laku orang dewasa maupun sebaya. Anak belum dapat membedakan 5 mana yang baik dan tidak, penjelasan mengenai segala sesuatu yang dilarang maupun yang diperbolehkan harus disertai dengan penjelasan-penjelasan yang mudah dimengerti. Anak akan menyukai hal-hal yang sering dilihatnya seharihari, oleh karena itu pemberian contoh hendaknya dilakukan dengan mencari dari kehidupan sehari-hari.

Kamis, 15 Agustus 2019

Gingivitis

https://www.google.com/search?q=Gingivitis&safe=strict&client=ms-android-oppo&prmd=ibnv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjR_uyfq4TkAhUNfysKHYUwAYoQ_AUIFygB&biw=360&bih=566#imgrc=eVGIy3UWkT0UsM

Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan mulut, pekerjaan, pendidikan, letak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi.

 ETIOLOGI
Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak, plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis.
Gingivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik. Contohnya pada pasien penderita leukemia dan penyakit Wegner yang cenderung lebih mudah terkena gingivitis. Pada orang dengan diabetes atau HIV, adanya gangguan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri pada gusi. Perubahan hormonal pada masa kehamilan, pubertas, dan pada terapi steroid juga menyebabkan gusi lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pemakaian obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih mudah terjadi.

MANIFESTASI KLINIS
Radang gusi merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering terjadi dan hampir selalu dapat ditemukan pada semua bentuk penyakit gusi. Radang gusi yang menetap dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan penyangga gigi sehingga gigi menjadi goyang atau terlepas.
Tanda-tanda dari gingivitis adalah :
1.      Adanya perdarahan pada ginggiva
2.      Terjadi perubahan warna pada ginggiva
3.      Perubahan tekstur permukaan ginggiva
4.      Perubahan posisi dari ginggiva
5.      Perubahan kontur dari gingiva
6.      Adanya rasa nyeri

Gejala-gejala gingivitis adalah
1)      Gusi kemerahan
2)       Gusi bengkak
3)       Konsistensi gusi menjadi lebih lunak
4)       Bentuk gusi agak membulat (unstippling)
5)      Gusi mudah berdarah
Faktor lokal penyebab ginggivitis disebabkab oleh akumulasi plak. Bentuk penyakit gusi yang umum terjadi adalah ginggivitis kronis yang ditandai dengan pembengkakan gusi atau lepasnya epitel perlekatan. Ginggivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari kemerahan sampai merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, rasa sakit yang merupakan gejala pembeda antara ginggivitis akut dan ginggivitis kronis.

MACAM-MACAM GINGIVITIS
Mcam Gingivitis terdiri dari:
Gingivitis Pregnancy
Adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya ditandai dengan gejala gingiva cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingivainterdental adalah lunak dan getas (mudah tercabik).
Gingivitis pada DM
Gingivitis akan mudah menyerang penderita Diabetes Mellitus karena adanya gangguan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri pada gusi
Gingivitis pada Leukimia
Leukemia merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan adanya perdarahan. Lokasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada bagian kulit, mata, membrane mukosa hidung, gingiva dan saluran cerna. Maka dari itu penderita leukimia lebih mudah terserang gingivitis.
Gingivitis karena obat
Pemakaian obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih mudah terjadi.

PROSES TERJADINYA GINGIVITIS
Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dimulai dari:
Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah tua, sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah (karena adanya luka kecil pada poket gusi), dan tidak ada rasa sakit.
Tahap Kedua
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung, plak pada gigi menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap merah, bengkak, dan mudah berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit.
Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Tahap ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang. Poket gusi menjadi lebih dalam (lebih dari 6 mm). Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit.
Tahap Terakhir
Pada tahap ini kebanyakan tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ke tahap paling akut yaitu periodontitis.

KOMPLIKASI
Sebagaimana penyakit lain pada umumnya sering kali apabila dibiarkan berlama-lama maka bisa menimbulkan penyakit baru. Begitu pula dengan radang gusi billa dibiarkan bisa mendatangkan masalah baru. Berikut beberapa komplikasi karena masalah gingivitis.
a.       Periodontitis
Penyakit yang pertama adalah periodontitis. Periodontis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan periodontal karena dampak lanjut dari masalah gingivitis atau radang gusi yang tidak terawat.
b.      Bau mulut
Halitosis atau bau mulut adalah suatu keadaan mulut mengeluarkan bau busuk yang tidak enak atau sering disebut napas yang tidak sedap. Halitosis atau bau mulut dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab :
*Faktor Fisiologis
Faktor ini dikarenakan produksi air ludah yang kurang saat tidur. Makan dan minuman Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau mulut.
* Faktor Patologis
Faktor kelainan rongga mulut seperti Radang gusi / gingivitis, plak gigi, oral hygiene buruk, dan karies
c.       Pembentukan saku gigi
Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam bila dilihat.
Tidak ada keluhan sakit bila ada saku gusi sedang terjadi, akan tetapi  bila ada pembentukan saku maka 1 atau bahkan lebih dari beberapa gejala berikut akan tampak pada gusi :
Perasaan tertekan sehabis memakan makanan akan tetapi lama - kelamaan perasaan ini akan berkurang.
 Bau busuk di dalam mulut pada bagian gigi geligi
Rasa nyeri atau ngilu yang luas pada daerah yang dalam tulang terutama pada musim hujan.
Bolus – bolus makanan yang melekat diantara dereetan gigi.
 Sensitife terhadap suhu panas dan dingin.
Rasa sakit pada bagian gigi tanpa ada gigi berlubang atau karies.
d.      Gigi goyang
 Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang akar gigi dan merusak serat-serat halus yang mengikat akar gigi pada tulang lambat laun gigi menjadi bergoyang.

PENANGGULANGAN GINGIVITIS
Menurut Kanal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek, yaitu:
1.   Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah  sebagai berikut:
a.       Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b.      Memberikan informasi dan pengarahan teknik-teknik pengontrolan plak.
c.       Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya (Mason, 1993)
2.  Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
a.       Menjaga oral hygiene.
b.      Menyikat gigi dengan teknik dan waktu yang tepat
c.       Menggunakan dental flosh untuk membersihkan sisa-sisa makanan disela-sela gigi
d.        Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif
3. Upaya Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a.       Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi).
b.      Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut.
c.       Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
d.      Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan.
e.       Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi


Daftar Pustaka:

Herijulianti, 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta. Hal 25-32.
Kuntari, Rien, 2009. Jangan Remehkan Radang Gusi dan Sariawan, Surabaya.